Musik Bandung
| Senin, 10 September 2012 at 20.27
0
komentar
Labels :
EVENT MUSIC
Geliat Musik Cadas di Bandung (bagian II)
Pada Bandung Berisik I, sebanyak lima belas band Ujungberung
unjuk gigi, ditambah bintang tamu Insanity dari Jakarta.
Hingga kini, Bandung Berisik tetap diusung masyarakat metal
Ujungberung selain tiga pergelaran khas Ujungberung lainnya, Death Fest,
Rottrevore Death Fest, dan Rebel Fest.
Tercatat, hingga 2012 pagelaran Bandung Berisik sudah
menginjak kali ke-12 yang merupakan ajang pertunjukan musik metal terbesar
se-Asia. Pertunjukan ini juga disinyalir sebagai cikal bakal bekerjasamanya
pihak Ujungberung Rebels dengan pihak sponsor, setelah sebelumnya komunitas ini
konsen di jalur indie.
Hingga saat ini, band-band yang tampil di Bandung Berisik
semakin banyak dengan kehadiran band pendatang baru yang tetap konsisten di
jalur indie label.
Namun, setiap tahunnya band yang paling ditunggu-tunggu para
penonton masih disematkan kepada Burger Kill.
Kimung, yang juga sempat menjadi personil Burger Kill
menjelaskan komunitas dari band-band lingkup Ujungberung Rebels sudah
seharusnya merapat ke jalur major, seperti halnya yang telah dilakukan Burger
Kill pada 2000 lalu dengan menggaet major Sony Music Entertainment Indonesia
(SMEI).
Dalam benaknya, sebagai musisi, seharusnya bisa bergerak di
semua lini, jalur major, indie dan apa pun itu namanya, yang penting bisa
berkarya sekreatif mungkin, jangan cuma berkutat di komunitas saja kalau mau
maju.
Kimung memberikan contoh, ketika Burger Kill tampil di salah
satu acara yang kerap mengusung musik-musik underground, Radio Show, dia bisa
membuktikan bahwa band underground Bandung pun bisa berani memasang badan di
media mainstream.
Apalagi, lanjutnya, Burger Kill sempat menerima penghargaan
AMI Awards sebagai kategori Best Metal Production.
Selain itu, dia menambahkan dengan terbentuknya proyek
terbaru bareng musisi undergorund lainnya dengan membentuk Karinding Attack,
dia mengatakan tidak ada yang salah jika sebuah kelompok musik yang dari
awalnya mengusung semangat independen menjadi mainstream.
Karinding Attack, yang dibentuknya barenga vokalis Jasad,
Iman dan kawan-kawan pun sudah banyak berkolaborasi dengan artis-artis papan
atas nasional.
Dengan mengusung kebudayaan lokal, Karinding Attack sudah
mendobrak industri musik di jalur yang lebih luas.
“Kalau di komunitas Ujungberung Rebels sendiri, ada dua nama
yang hingga saat ini berani tampil di industri atau pun major, yaitu Burger
Kill dan Karinding Attack,” katanya.
Dia menjelaskan bagaimana Burger Kill senpat berkolaborasi
dengan Fadly dari band Padi atau Karinding Attack yang berkolaborasi denga
Peterpan dan sebuah pertunjukan baru-baru ini bareng Meriam Belina dan Didi
Petet.
“Memang kami mengakui ada nada-nada yang kurang respons
ketika kami mengambil jalur major, atau ketika Karinding Attack berkolaborasi
dengan artis-artis dari pihak major. Namun, perlu dicatat, bukan berarti kami
tidak konsisten dengan idealisme, kalau sudah tidak menjaga idealisme, buat apa
kami bikin Bandung Berisik setiap tahunnya,” kata kimung.
Sementara itu, kelompok karinding Mapah Layung lebih
mempertahankan jalur indie agar rasa dalam bermusik bisa terus dipertahankan.
Seperti diyakini, jalur indie mengusung kebebasan berekspresi
dan jauh dari beragam intervensi seperti yang dilakukan major label.
Aras Rasyid, pentolan Mapah Layung memaparkan berkesenian
khususnya dalam bermusik merupakan panggilan jiwa dari dalam diri seniman.
Bermusik yang baik, lanjutnya adalah bermusik yang datang dari hati dan bukan
tekanan dari orang lain.
“Kami sengaja memilih indie, karena pencapaian musik di
jalur ini tidak terbatas. Pada indie, kami sangat leluasa berkarya,
mengeksplore segala bentuk musik, dan ditantang untuk mempertanggung jawabkan
karyanya. Dan yang paling penting, bersikap sederhana tanpa merasa diri paling
besar,” tutupnya.
Dia menjelaskan dari sekian kelompok-kelompok musik
karinding khususnya di Bandung, ada perbedaan mencolok yang diusung Mapah
Layung sendiri. Kolaborasi yang memadukan musik etnik dengan jazz, rock dan
blues menjadi ciri khas yang sangat kuat.
Apalagi, citra musik yang dipadukan Mapah Layung kebanyakan
terinspirasi dari masing-masing personil yang notabene pecinta musik rock dan
klasik semacam Pink Floyd, Led Zeppelin, Iron Maiden, Deep Purple hingga Yngwie
malmstein.
Antara indie dengan mayor bukan lagi jadi masalah bagi
idealisme. Buktinya Ujungberung underground tetap tumbuh, bagaimana pun
bentuknya.(Roberto Purba/k5/yri
Langganan:
Posting Komentar (Atom)